Bagaimana memperoleh Akhlaq yang terpuji !
Ketahuilah bahwa akhlaq yang mulia
adalah sifat para nabi dan orang yang shiddiq,
sedangkan akhlaq yang buruk adalah racun yang mematikan bagi pemiliknya.
Manusia terdiri dari dua bagian yaitu : jasad dan jiwa/ruh.
Allah Ta’ala berfirman :
"Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah".
Maka apabila Telah Kusempurnakan
kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku..”(QS:Shaad:71,72)
Dalam ayat diatas menunjukan
bahwasannya ruh itu lebih utama dari jasad, dikarenakan jasad dinisbatkan
kepada tanah sedangkan ruh dinisbatkan kepada Allah.
Jasad adalah Bentuk yang zhohir
atau tampak disebut dengan kholqun, sedangkan ruh adalah bentuk yang
bathin(tersembunyi) disebut dengan khuluq atau Akhlaq.
Rasulullah bersabda :
"اللهم
أحسنت خلقي فأحسن خلقي"
“ya Allah engkau telah membaguskan jasadku maka baguskanlah
akhlaqku”(HR.Ahmad, ibnu Hibban, dishohihkan oleh AlBani)
Adapun khulq(jasad)
bisa diketahui oleh mata, sedangkan akhlaq (jiwa) hanya dapat di ketahui dengan
Bashirah(ilmu),
Akhlaq adalah Tabiat jiwa yang
tertanam kuat pada diri seseorang, yang dengannya akan muncul
perbuatan-perbauatan dengan mudah tanpa diperlukan usaha yang keras dan
pemikiran. Jikalau perbuatan itu baik maka dinamakan dengan akhlaq yang baik
jika perbuatan-perbuatan itu buruk maka dinamakan akhlaq yang buruk.
Sebagian orang
menyangka bahwa akhlaq seseorang tidak akan dapat berubah sebagaimana bentuk
jasadnya tidak bisa berubah.
Sangkaan ini adalah keliru,
akhlaq seseorang dapat dirubah, namun ada yang dapat dirubah dengan cepat dan
ada yang agak sulit.
Jika seandainya akhlaq tidak bisa
berubah, maka kidak akan berguna
nasehat.
Kita sering melihat binatang buas
dapat dijinakkan.
Memang seseorang tidak dapat
merubah tabiat secara keseluruhan, akan tetapi akan dinamakan
Akhlaq yang baik jika seseorang
dapat mengengendalikan syahwatnya secara seimbang.
yang diinginkan adalah seseorang
dapat megendalikan syahwat secara seimbang, karena syahwat diciptakan untuk
kepentingan manusia. Jika seandainya tidak ada syahmat makan, niscaya manusia
akan binasa, atau tidak ada syahwat jima’ niscaya akan terputuslah keturunan
dan seandainya tidak ada yahwat marah maka tidak akan ada pembelaan diri dan
jihad.
Allah memerintahkan manusia untuk
seimbangan didalam melepaskan syahwat makan, tidak rakus dan tidak
menyedikitkan
Allah Azza Wa Jalla berfirman : “
“ makan dan minumlah dan jangan melampaui batas/ berlebihan” QS:Al’A’raf:31)
Allah memerintahkan manusia untuk
seimbangan didalam membelanjakan harta, tidak pelit dan tidak berlebihan Allah Azza Wa Jalla
berfirman :
“
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian.(QS:AlFurqon:67)
Terkadang sifat
keseimbangan ini sudah menjadi fitrah
yang Allah karuniakan kepada sebagian makhluqnya, sering kita dapati seorang
anak kecil namun telah dikarunia sifat jujur, dermawan dan belas kasih.
Dan terkadang sifat ini harus di
usahakan dengan cara melatih diri. Barang siapa yang menginginkan akhlaq
dermawan, orang ini harus membawa dirinya atau memaksa dirinya dengan akhlaq
seorang dermawan sehingga diharapkan akan lahir tabiat penderma.
Begitu
pula seseorang yang ingin memiliki sifat tawadhu maka dia harus membawa dirinya
atau memaksa dirinya dengan perbuatan-perbuatan orang-orang yang tawadhu. Dan
begitulah cara untuk mendapatkan Akhlaq yang terpuji, seseorang harus memaksa
dirinya dan membiasakan dirinya kepada sifat tersebaut, sehingga menjadi
kebiasaan, karena kebiasaan itu meninggalkan bekas pada seseorang.
Dan kebiasaan
itu tidak dapat berbekas jika hanya sehari , dua hari atau tiga hari,
akan tetapi bisa berbekas jika dilakukan secara terus menerus, karena dengan
terus menerus akan ada pengaruh yang kuat, sebagaimana sedikit ketaatan akan
berpengaruh dan menjadi terpuji jika dilakukan terus menerus,
Rasulullah
Saw bersabda : “إِنَّ
أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ
“ sesungguhnya amal yang paling dicintai oleh
Allah adalah amal yang dikerjakan rutin(terus menerus) meskipun
sedikit”(Muttaffaq ‘alaihi)
begitupula dosa kecil akan berpengaruh dan
menjadi tercela bahkan bisa mengantarkan kepada dosa besar jika dilakukan terus
menerus.
Akhlaq
yang baik terkadang bisa diperoleh dengan berteman dengan orang-orang yang
baik, karena tabiat itu laksana pencuri, yang mencuri kebaikan atau keburukan.
Rasulullah
Saw bersabda : “الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ
مَنْ
يُخَالِلْ
“Seseorang berdasarkan agama temannya, maka
hendaknya seseorang dari kalian memperhatika kepada siapa dia berteman”(HR.Abu
daud, Tirmidzi dan Ahmad).
Abu DzurRa’fah AlBatawi, Pamulang
13 november 2012
0 komentar:
Posting Komentar